“Assalamu ‘alaikum,
Bu, ngKin pulang.”
Anakku pulang.
Ia menggendong tas ransel Minnie Mouse, tas yang paling disukainya. Setiba di
dalam rumah ia langsung menyalamiku dan mencium tanganku.
“Wa-alaikum
salam.” Kusambut dia dengan senyum dan usapan lembut di kepalanya. Dia melepas
jilbab di kepalanya. Sebagian rambut ikalnya melekat di dahi, lembab oleh
keringat. “Gerah, Bu.” Katanya sambil merapikan rambut-rambut yang melekat di
dahinya, kemudian mengibas-ngibaskan jilbab untuk mengusir rasa gerahnya.
“Sini duduk di
lampit.” Aku mengajaknya duduk di lampit di ruang tengah. Di dekatnya ada kipas
angin yang cukup menyejukkan. Kin, anak sulungku, baru pulang dari TPA (Taman
Pendidikan Al Qur’an) tempatnya belajar mengaji. Usianya baru lima tahun. Ia
belajar mengaji setiap sore di TPA Al Farisi tak jauh dari rumah. Pergi dan
pulang mengaji ia berjalan kaki ditemani pengasuhnya. Sore itu Kin bercerita
bahwa dia sudah menamatkan Buku Iqro’ 1. Besok dia mulai belajar dengan Buku
Iqro’ 2. Dikeluarkannya buku Iqro’ 1 dari tas, kemudian menunjukkan halaman
terakhir buku itu kepadaku. Di situ tertulis : EBTA, KHUSUS JILID I INI JIKA
BELUM MENGUASAI ULANG-ULANGILAH! Di bawah tulisan itu tertulis enam baris huruf
Hijaiyah bertanda fathah. Kemudian di
bawahnya ada tulisan : BILA SUDAH LANCAR DAN BENAR BOLEH DINAIKKAN. Kin membaca
setiap huruf Hijaiyah pada halaman terakhir buku Iqro’ Jilid 1 itu. Bacaannya
lancar dan benar seluruhnya. Dia ingin menunjukkan kepadaku bahwa dia memang
sudah benar-benar menguasai dan layak naik ke Iqro’ 2. “Hebat,” kataku. Aku
memandangnya dengan bangga. Dia tertawa gembira. Dia meminta ijin bermain di
depan rumah tetapi kularang karena sebentar lagi maghrib. Dia mengangguk dan bangkit
menuju kamarnya untuk ganti baju.
Buku Iqro’ 1
masih kupegang. Kuperhatikan halaman sampul depannya. Terulis : BUKU IQRO’ CARA
CEPAT BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN. Di bagian bawah tertulis : Oleh : KH. AS’AD
HUMAM, Balai Litbang LPTQ Nasional, Team Tadarus AMM Yogyakarta. Kemudian kubalik halaman demi
halaman. Kubaca Kata Pengantar, Petunjuk Mengajar Jilid 1, kemudian halaman
latihan. Ada 29 halaman latihan untuk membaca setiap huruf Hijaiyah, semuanya
bertanda fathah. Halaman terakhir
adalah halaman EBTA, yang dibaca anakku Kin tadi. Itu saja. Sederhana, mudah
dimengerti, mudah dipraktikkan.
Kubandingkan
dengan caraku belajar mengaji dulu, menghafal nama-nama huruf Hijaiyah, mengeja
tanda baca kemudian membaca Juzz ‘Amma dituntun oleh Ustad. Sistem belajar
dengan Buku Iqro’ ini menerapkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Guru hanya
memberi contoh Pokok Pelajaran, menyimak, tidak menuntun bacaan. Bila santri
keliru membaca huruf cukup diingatkan dengan isyarat dan titian ingatan tentang
huruf itu agar santri ingat bacaan yang benar. Belajar dengan Buku Iqro’ jauh
lebih mudah dan cepat. Untuk siswa yang cepat menguasai, latihannya boleh loncat-loncat
tidak harus membaca seluruh halaman. Dengan demikian, siswa yang lebih cepat
menguasai akan lebih cepat tamat dan tidak harus bosan menunggu siswa lain yang
lebih lambat. Ini dimungkinkan karena penyimakan bacaan dilakukan secara
privat, seorang demi seorang.
Metode praktis
belajar membaca Al Qur’an yang disebut
IQRO’ ini sangat menarik, apalagi dilengkapi dengan manajemen TKA-TPA
yang sistematis. Pantaslah kemudian banyak TPA berkembang di mana-mana. Salah
satunya TPA tempat anakku belajar.
Itu adalah awal
‘perkenalanku’ dengan Metode Iqro’ yang membawaku pada beberapa pengalaman penting
kemudian.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar