Minggu, 08 Juli 2012

BERKENALAN DENGAN IQRO'


“Assalamu ‘alaikum, Bu, ngKin pulang.”
Anakku pulang. Ia menggendong tas ransel Minnie Mouse, tas yang paling disukainya. Setiba di dalam rumah ia langsung menyalamiku dan mencium tanganku.
“Wa-alaikum salam.” Kusambut dia dengan senyum dan usapan lembut di kepalanya. Dia melepas jilbab di kepalanya. Sebagian rambut ikalnya melekat di dahi, lembab oleh keringat. “Gerah, Bu.” Katanya sambil merapikan rambut-rambut yang melekat di dahinya, kemudian mengibas-ngibaskan jilbab untuk mengusir rasa gerahnya. 

“Sini duduk di lampit.” Aku mengajaknya duduk di lampit di ruang tengah. Di dekatnya ada kipas angin yang cukup menyejukkan. Kin, anak sulungku, baru pulang dari TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) tempatnya belajar mengaji. Usianya baru lima tahun. Ia belajar mengaji setiap sore di TPA Al Farisi tak jauh dari rumah. Pergi dan pulang mengaji ia berjalan kaki ditemani pengasuhnya. Sore itu Kin bercerita bahwa dia sudah menamatkan Buku Iqro’ 1. Besok dia mulai belajar dengan Buku Iqro’ 2. Dikeluarkannya buku Iqro’ 1 dari tas, kemudian menunjukkan halaman terakhir buku itu kepadaku. Di situ tertulis : EBTA, KHUSUS JILID I INI JIKA BELUM MENGUASAI ULANG-ULANGILAH! Di bawah tulisan itu tertulis enam baris huruf Hijaiyah bertanda fathah. Kemudian di bawahnya ada tulisan : BILA SUDAH LANCAR DAN BENAR BOLEH DINAIKKAN. Kin membaca setiap huruf Hijaiyah pada halaman terakhir buku Iqro’ Jilid 1 itu. Bacaannya lancar dan benar seluruhnya. Dia ingin menunjukkan kepadaku bahwa dia memang sudah benar-benar menguasai dan layak naik ke Iqro’ 2. “Hebat,” kataku. Aku memandangnya dengan bangga. Dia tertawa gembira. Dia meminta ijin bermain di depan rumah tetapi kularang karena sebentar lagi maghrib. Dia mengangguk dan bangkit menuju kamarnya untuk ganti baju.

Buku Iqro’ 1 masih kupegang. Kuperhatikan halaman sampul depannya. Terulis : BUKU IQRO’ CARA CEPAT BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN. Di bagian bawah tertulis : Oleh : KH. AS’AD HUMAM, Balai Litbang LPTQ Nasional, Team Tadarus  AMM Yogyakarta. Kemudian kubalik halaman demi halaman. Kubaca Kata Pengantar, Petunjuk Mengajar Jilid 1, kemudian halaman latihan. Ada 29 halaman latihan untuk membaca setiap huruf Hijaiyah, semuanya bertanda fathah. Halaman terakhir adalah halaman EBTA, yang dibaca anakku Kin tadi. Itu saja. Sederhana, mudah dimengerti, mudah dipraktikkan. 

Kubandingkan dengan caraku belajar mengaji dulu, menghafal nama-nama huruf Hijaiyah, mengeja tanda baca kemudian membaca Juzz ‘Amma dituntun oleh Ustad. Sistem belajar dengan Buku Iqro’ ini menerapkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Guru hanya memberi contoh Pokok Pelajaran, menyimak, tidak menuntun bacaan. Bila santri keliru membaca huruf cukup diingatkan dengan isyarat dan titian ingatan tentang huruf itu agar santri ingat bacaan yang benar. Belajar dengan Buku Iqro’ jauh lebih mudah dan cepat. Untuk siswa yang cepat menguasai, latihannya boleh loncat-loncat tidak harus membaca seluruh halaman. Dengan demikian, siswa yang lebih cepat menguasai akan lebih cepat tamat dan tidak harus bosan menunggu siswa lain yang lebih lambat. Ini dimungkinkan karena penyimakan bacaan dilakukan secara privat, seorang demi seorang.

Metode praktis belajar membaca Al Qur’an yang disebut  IQRO’ ini sangat menarik, apalagi dilengkapi dengan manajemen TKA-TPA yang sistematis. Pantaslah kemudian banyak TPA berkembang di mana-mana. Salah satunya TPA tempat anakku belajar. 

Itu adalah awal  ‘perkenalanku’ dengan Metode Iqro’ yang  membawaku pada beberapa pengalaman penting kemudian.***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar