Senin, 09 Juli 2012

BELAJAR DENGAN IQRO'

Halaman TKA-TPA Al Farisi sore ini lengang, hanya ada beberapa ibu yang sedang mengobrol. Ini Sabtu sore, anak-anak TPA libur. Mereka hanya belajar mengaji pada hari Senin sampai dengan Jumat. Hari Sabtu dan Minggu sore adalah waktu belajar mengaji bagi ibu-ibu. Pengajarnya Ibu Anna, adalah Kepala TKA-TPA Al Farisi, juga pemilik lembaga pendidikan ini. Para ibu yang belajar mengaji kepadanya adalah para orang tua siswa TKA sekaligus santri TPA yang dikelolanya. Aku termasuk di antara para ibu itu. Ya, aku belajar lagi. Belajar membaca Al Qur'an. Kali ini dengan Metode Iqro'.

Bermula dari kesulitanku membantu anakku, santri TPA di sini, ketika harus menghafalkan surat-surat wajib. Maksudnya surat-surat pendek dari Al Qur'an sebagai  bahan hafalan wajib bagi para santri. Aku memang pernah belajar mengaji, tetapi itu belum membuatku bisa membaca dengan fasih, dengan makhraj dan tajwid yang benar. Jadi aku tidak bisa memberi contoh yang benar kepada anakku ketika dia memerlukannya. Maka ketika Ibu Anna membuka kelas belajar mengaji bagi para orang tua santri, aku langsung mendaftar. Kebutuhan paling mendesak adalah aku harus lebih bisa membaca Al Qur'an dari pada anakku, agar dapat membimbingnya di rumah.Ibu-ibu lain yang juga mendaftar rupanya punya masalah dan kebutuhan yang sama denganku. Jadilah kami delapan ibu, dari latar belakang berbeda tapi satu tujuan, 'nyantri' kepada Ibu Anna.

Bahan latihan dan hafalan kami sama persis seperti yang dikerjakan santri anak-anak. Buku pegangan kami adalah : Buku Iqro' 1 sampai 6 yang sudah dijilid menjadi satu, buku hafalan surat pendek dan doa-doa harian. Kami belajar dengan giat dan serius, karena itu kami maju pesat. Meskipun hanya belajar dua kali seminggu, rata-rata kami dapat menamatkan Buku Iqro' 1 sampai 6 dalam waktu tiga bulan, ditambah hafalan 12 surat pendek dan doa-doa harian. Itu karena kami juga giat mengulang membaca bahan latihan dan menghafal di rumah. Jadi ketika bertemu dengan Ibu Anna di kelas, kami hanya tinggal 'menyetor' hafalan. Membaca bahan latihan dari Buku Iqro' pun boleh loncat-loncat, karena kami cepat menguasai. 

Setelah menamatkan Buku Iqro' aku melanjutkan belajar mengaji dengan Al Qur'an 30 Juzz, masih dibimbing oleh Ibu Anna. Di kelompok ini hanya tinggal lima ibu yang ikut. Kami mendapat 'pelajaran' lain berupa Fiqih, Sejarah Islam dan lain-lain. Pelajaran ini menarik karena dikemas dalam format diskusi dan berbagi. Terutama kami banyak bertanya tentang hukum dan aturan Islam atas kegiatan kami sehari-hari, dari bangun tidur hingga tidur lagi. Aturan tentang makanan, pergaulan, mendidik anak, melayani suami, berdagang, berhutang, dan banyak lagi. 

Suatu hari, Ibu Anna menawari kami mengikuti kursus Sistem BCM (Bermain-Cerita-Menyanyi). Sistem BCM ini bagian dari Metode Iqro' yang diterapkan kepada santri anak-anak, agar pembelajaran lebih menyenangkan karena sesuai dengan dunia anak-anak, yakni melalui kegiatan bermain, cerita dan menyanyi. Sebenarnya kursus ini ditujukan bagi guru TPA, atau mereka yang minimal sudah mengikuti kursus Guru TPA. Tetapi Ibu Anna berhasil meyakinkanku untuk ikut saja dulu kursus ini, karena akan bermanfaat juga bagiku dalam membimbing anakku belajar Al Qur'an. Maka aku pun mengikuti saran Ibu Anna. Hanya aku. Ibu-ibu yang lain tidak ikut kursus BCM ini. Kursus dua hari tentang sistem BCM dalam pembelajaran Al Qur'an dengan Metode Iqro' memperluas wawasanku, tidak hanya untuk membimbing anakku, tetapi juga untuk diriku sendiri. Aku jadi lebih bersemangat, ingin tahu lebih banyak tentang metode ini. Kata Ibu Anna, kursus dasar guru TPA baru ada lagi beberapa bulan kemudian di Yogyakarta. Aku berencana ikut, agar wawasanku lebih lengkap. Jika tidak, maka akan ada potongan puzzle yang belum terpasang dalam seluruh teka-teki yang 'kumainkan'.

Benar saja, hampir setahun kemudian aku bisa mengikuti kursus dasar Guru TPA di Yogyakarta. Meskipun urutannya terbalik, tetapi kemudian aku bisa menyambungkan 'ilmu' yang kudapat dari kursus BCM dan kursus Guru TPA. Kedua kursus itu kemudian menjadi bekal penting ketika aku diperlukan mengajar anak-anak mengaji.***







Tidak ada komentar:

Posting Komentar